Jumat, 24 April 2009

Islam Dan Lingkungan Hidup

A. Pengantar

Dalam menghadapi masalah kerusakan lingkungan hidup, tindakan saling menunjuk dan menyalahkan pihak tertentu yang dianggap harus bertanggung jawab bukanlah suatu sikap yang bijaksana. Hal lain yang lebih penting dilakukan adalah mengusahakan bersama langkah-langkah tertentu yang dapat dijadikan jalan keluar dari keruwetan krisis lingkungan hidup yang sudah, sedang dan mungkin akan terjadi.

Paparan di bawah ini adalah salah satu usaha pendekatan positif untuk melihat masalah lingkungan hidup sebagai suatu yang memang harus ditanggung bersama oleh penduduk bumi. Maka, dalam tulisan ini pertama-tama akan diperlihatkan bagaimana lemahnya kesadaran terhadap lingkungan hidup bisa menjadi salah satu alasan kurangnya perhatian orang terhadap lingkungan hidup. Kedua, dikaitkan dengan bidang agama, akan coba ditunjukkan bagaimana agama sering disalah mengerti sebagai lembaga yang menyebabkan dan menjadi latarbelakang kerusakan lingkungan hidup. Ketiga, secara khusus akan diperlihatkan bagaimana Islam mencoba menjawab pertanyaan apakah dirinya mungkin menjadi agama yang dapat memotivasi para penganutnya khususnya melalui bidang teologi dan fikih?


B. Masalah Kerusakan Lingkungan Hidup

Masalah kerusakan lingkungan hidup dan akibat-akibat yang ditumbulkan bukanlah suatu hal yang asing lagi di telinga setiap orang. Degan mudah dan sistematis setiap orang dapat menunjuk dan mengetahui apa saja jenis kerusakan lingkungan hidup itu dan apa saja akibat yang ditimbulkanya. Misalnya; dengan cepat dan sistematis mereka dapat mengerti bahwa eksploitasi alam dan penebangan hutan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan bencana banjir, tanah longsor dan kelangkaan air bersih; membuang limbah industri ke sungai dapat menyebabkan kematian ikan dan merusak habitatnya; penggunaan dinamit untuk menangkap ikan dapat merusak terumbu karang dan biota laut, dan masih banyak lagi daftar sebab akibat yang biasa terjadi dalam lingkungan hidup kita. Yang menjadi masalah adalah bahwa pengetahuan yang sama atas pengenalan kerusakan lingkungan hidup dan akibat yang ditimbulkan tersebut belum terjadi dalam hal pemeliharaan dan perawatan lingkungan hidup—belum ada kesadaran yang kuat. Maka sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apa atau siapakah dapat mejadi menjadi motivator agar rasa tanggung jawab kesadaran orang untuk merawat dan memelihara lingkungan hidup tumbuh menjadi kuat?


C. Peran Agama Sebagai Motivator

Seringkali muncul pendapat bahwa agama adalah sebuah lembaga yang kurang memberikan motivasi pada para pengikutnya agar peduli terhadap lingkungan hidup. Bahkan tak jarang ada anggapan bahwa ajaran-ajaran tertentu suatu agama justru mendorong dan melatarbelakangi terjadinya kerusakan lingkungan hidup, misalnya saja adalah ajaran-ajaran tertentu yang dimiliki oleh agama Kristen dan Islam. Ajaran Kitab Suci dan al-Qur’an, khususnya tentang kisah penciptaan dan bagimana Allah menghendaki agar manusia menguasai atau memanfaatkan ciptaan-Nya yang lain, seringkali dijadikan alasan mendasar yang melatarbelakang kerusakan lingkungan hidup[1].

Pendapat tersebut di atas rasanya tidak lagi relevan sebagai suatu alasan dasar bagi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Yang sering terjadi sebenarnya adalah kesalahan sebagian orang ketika membaca dan menghayati kisah penciptaan tersebut. Secara logis, Allah kiranya tidak akan menghendaki bahwa hasil karya ciptaan-Nya dirusak dan dieksploitasi sedemikian rupa (oleh manusia yang juga adalah sebagai salah satu ciptaan Allah) tanpa disertai tanggung jawab untuk memilihara. Tentunya, Allah menghendaki agar manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna (dalam agama Kristen sering dikatakan secitra dan serupa dengan Allah) turut serta merawat dan memelihara ciptaan Allah sebagai miliknya sendiri. Maka, tidak masuk akallah jika manusia hanya berkehendak untuk menguasai dan mengekploitasi alam dan lingkungan hidup di sekitarnya.

Pendapat yang mengatakan bahwa ajaran keagamaan menjadi alasan dasar bagi terjadinya kerusakan lingkungan hidup semakin tidak relevan jika dilihat dari konteks perkembangan sejarah manusia. Maksudnya, tanda-tanda kerusakan lingkungan hidup sebenarnya terjadi seiring atau sejalan dengan perkembangan jaman modern hingga saat ini. Jaman modern adalah periode waktu yang muncul kemudian setelah Kristianitas dan Islam ada. Jaman modern adalah suatu jaman yang ditandai oleh penemuan alat-alat teknologi yang digunakan untuk menguasai dan menaklukkan alam, perkembangan industrialisasi dan peningkatan standar hidup yang bermuara pada tingkat konsumsi sumberdaya alam yang lebih tinggi[2]. Jadi, bukanlah suatu alasan yang tepatlah jika mengatakan bahwa kerusakan lingkungan hidup terjadi semata-mata karena didorong oleh faktor ajaran-ajaran keagamaan. Sebaliknya, jika dilihat dengan cara yang positif dan benar, agama justru memiliki peran yang cukup strategis untuk memotivasi para penganutnya agar peduli terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain, agama memiliki peluang yang sangat strategis untuk menjadi motivator kepedulian terhadap lingkungan hidup. Pertanyaanya kemudian adalah, bagimana hal itu diwujudkan?


D. Islam Sebagai Motivator

Agama Islam adalah suatu agama yang dipeluk oleh sejumlah besar penduduk bumi. Dapat dibayangkan betapa besar dampak kebaikanya terhadap lingkungan hidup jika seluruh penganut Islam memiliki kesadaran yang sama untuk memberikan perhatian yang serius terhadap lingkungan hidup. Maka dari itu, kiranya saat ini para tokoh Islam sangat perlu menggali lebih jauh unsur-unsur keagamaan mereka, entah itu unsur teologis, fikih atau unsur-unsur ajaran yang lain agar dapat membantu atau memotivasi para penganut yang lain untuk semakin mencitai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.


1. Pendekatan Teologis

Disadari bahwa al-Qur’an sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam (kosmogoni)[3] dan lebih spesifik lagi lingkungan hidup. Namun, bukan berarti bahwa al-Qur’an tidak memberikan perhatian yang serius terhadap lingkungan hidup. Mungkin dengan alasan bahwa pada saat al-Qur’an diturunkan masalah lingkungan hidup belumlah menjadi masalah yang mendesak, masalah minimnya al-Qura’an dalam membahas masalah alam dapat dijawab. Sekarang, kiranya yang penting dibicarakan bukanlah mempermasalah keminiman al-Qur’an yang membicarakan tetang alam tetapi justru sebaliknya bagaimana menggunakan sedikit teks atau ajaran-ajaran di dalam al-Qur’an yang membicarakan tentang alam tersebut dan mengembangkan dasar-dasar teologis atau pun mungkin juga fikih dengan tujuan menyediakan perspektif baru bagi umat Islam agar semakin peduli terhadap alam dan lingkungan hidup.

Dalam bagian tertentu al-Qur’an dikatakan bahwa Allah adalah pemilik yang mutlak dari alam semesta dan penguasa alam semesta yang tak dapat disangkal disamping pemeliharanya yang maha pengasih. Karena kekuasaan-Nya yang mutlak maka jika Allah hendak menciptkan langit dan bumi, maka Dia berkata kepada keduanya: “Jadilah kalian, baik dengan suka maupun dengan terpaksa!”(41: 11)[4]. Secara implisit, teks yang baru saja disebutkan di atas dalam arti tertentu dapat diangkat menjadi suatu dasar teologi bagaimana Allah memperlakukan alam. Dalam teks tersebut dikatakan bahwa “Allah adalah pemilik dari alam semesta dan penguasa alam semesta yang tak dapat disangkal disamping pemeliharanya yang maha pengasih”. Melalaui teks itu ditunjukkan bahwa Allah sendiri sebagai pencipta alam semesta begitu mengasihi apa yang Ia ciptakan. Jika makna ungkapan itu ditarik agak luas, maka sangat mungkin sekali untuk dikatakan bahwa semestinya manusia dan alam, sebagai sama-sama bagian dari alam semesta, saling kasih mengasihi seperti Allah sendiri yang juga mengasihi mereka sebagai ciptaan-Nya.

Selanjutnya, di dalam pemahaman mengenai konsep-konsep kosmologis al-Qur’an tertentu, ciptaan Allah memiliki kedudukan yang cukup tinggi. Ciptaan Allah di seluruh jagad raya ini secara jelas disebutkan sebagai “ayat-ayat” Allah, misalnya dalam Surah’Ali Imran 190 disebutkan bahwa; Sesungguhnya dalam ciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat ayat-ayat Allah bagi orang-orang yang berakal (dapat menalar)[5]. Penghargaan yang cukup tinggi terhadap ciptaan Allah atau unsur-unsur alam terdapat juga dalam pandangan berberapa tokoh Islam, misalnya adalah al-Jahiz ketika membahas persoalan penafsiran mataforis fakta-fakta tekstual al-Qur’an dalam bukunya al-Hayawan. Di sana dikatakan bahwa ada orang-orang yang menduga bahwa batu merupakan makhluk berakal, berdasarkan Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah 74”…dan di antaranya (di antara batu) sungguh ada yang meluncur karena takut kepada Allah…,” sebagaimana ada yang menduga bahwa ada nabi-nabi untuk lebah-lebah berdasarkan QS. al-Nahl: 68, “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah”.

Beberapa petikan ayat-ayat al-Qur’an yang dikemukakan di atas kiranya semakin memperkuat bukti bahwa ada cukup banyak ayat-ayat al-Qur’an yang dapat diangkat dan dijadikan semacam pedoman teologis guna membangun atau memperkokoh pendapat bahwa al-Qur’an secara langsung memberikan tempat yang penting terhadap ciptaan Allah dan unsur-unsur alam. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan pendapat-pendapat di atas rasanya tidak ada cukup alasan yang kuat bagi manusia untuk seenaknya melakukan eksploitasi terhadap alam dan ciptaan Allah yang lain. Sebaliknya, diharapkan akan muncul kesadaran dan kehendak mereka untuk menghargai alam dan ciptaan lain sebagai sesuatu yang memiliki kedudukan cukup tinggi bahkan dekat dengan Allah.

2. Pendekatan Fikih

Dalam pendekatan teologis di atas, alam dan unsur-unsur ciptaan lain coba dipahami sebagai ciptaan Allah yang memiliki kedekatan sedemikian rupa dengan pencipta-Nya. Pemahaman tersebut sudah sangat bagus, akan tetapi rasanya masih kurang memadai. Artinya, rasanya perlu ada pendekatan lain yang lebih kuat untuk mengangkat ke permukaan persoalan lingkungan hidup serta bagaimana cara menanganinya. Pendekatan lain yang dimaksud adalah pendekatan fikih.

Mengapa pendekatan fikih perlu dalam membahas masalah lingkungan hidup, pertama-tama karena fikih yang berarti juga sebagai sistem pemikiran hukum Islam[6] dapat memberikan kepastian bagi mereka yang meyakininya. Dengan adanya kepastian tersebut orang atau umat Islam menjadi tidak ragu-ragu lagi bahwa masalah lingkungan hidup adalah masalah yang memang penting untuk diperhatikan. Selanjutnya, kepastian tersebut dapat diharapkan menjadi suatu sumber motivasi yang sangat kuat bagi umat Islam khususnya untuk semakin peduli terhdap lingkungan hidup.

Dalam konteks hukum Islam, pelestarian lingkungan hidup, dan tanggung jawab manusia terhadap alam banyak dibicarakan. Hanya saja, dalam pelbagai tafsir dan fikih, isu-isu lingkungan hidup hanya disinggung dalam konteks generik dan belum spesifik sebagai suatu ketentuan hukum yang memiliki kekuatan. Fikih-fikih klasik telah menyebut isu-isu tersebut dalam beberapa bab yang terpisah dan tidak menjadikannya buku khusus. Ini bisa dimengerti karena konteks perkembangan struktur masyarakat waktu itu belum menghadapi krisis lingkungan sebagaimana terjadi sekarang ini

Melihat situasi modern saat ini yang dengan jelas-jelas ditandai oleh kerusakan lingkungan hidup yang begitu dahsyat, rasanya fikih tentang lingkungan hidup perlu dikembangkan terus-menerus agar dapat menjawab kebutuhan jaman yang semakin menekankan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain, pengembangan fikih lingkungan hidup kini bisa menjadi suatu pilihan penting di tengah krisis-krisis ekologis yang secara sistematis disebabkan oleh keserakahan manusia dan kecerobohan penggunaan teknologi.

Islam sebagai agama yang secara organik memperhatikan manusia dan lingkungannya memiliki potensi amat besar untuk melindungi bumi. Dalam al-Quran sendiri kata 'bumi' (ardh) disebut sebanyak 485 kali dengan arti dan konteks yang beragam. Di bagian lain komponen-komponen lain di bumi dan lingkungan hidup juga banyak disebutkan dalam alQur’an dan hadis. Sebagai contoh, manusia sebagai pusat lingkungan yang disebut sebagai khalifah terdapat dalam QS 2:30; segala yang di langit dan di bumi ditundukkan oleh Allah kepada manusia QS 45:13; dan sebagainya. Manusia, bumi, dan makhluk ciptaan lainnya di alam semesta adalah sebuah ekosistem yang kesinambungannya amat bergantung pada moralitas manusia sebagai khalifah di bumi[7].

Dalam kerangka pemikiran tersebut di atas, maka melindungi dan merawat lingkungan hidup menjadi semakin jelas sebagai suatu kewajiban setiap Muslim. Oleh karena itu, rasanya sangat perlu sekali gagasa-gasan yang telah terungkap di atas diintegrasikan dan disosialisaikan kepada segenap umat Muslim dan selanjutnya pada masyarakat luas dengan cara yang baru. Dalam hal ini, di Indonesia khususnya, para ulama memiliki peran penting untuk mewujudkan gagasan-gagasa yang telah dikemukakan di atas. Sebagai pribadi yang diberi label penerus para Nabi, ulama mempunyai kewajiban untuk memberikan sumbangsih riil bagi pembumian konsep fikih lingkungan hidup. Ulama harus meyakinkan publik bahwa tanggungjawab atas kerusakan lingkungan hidup menjadi “beban” setiap Muslim, bukan hanya institusi atau lembaga. Terlebih dalam konteks keindonesiaan, pembumian konsep fikih lingkungan hidup terasa menjadi demikian mendesak mengingat maraknya bencana alam yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan hidup[8].

Pandangan teologis dan fikih tentang lingkungan hidup yang telah diurakan di atas diyakini akan sangat bermanfaat untuk menanggapi krisis lingkungan hidup dan menyediakan landasan dasar motivasi bagi umat Muslim yang hendak mewujudkan perhatian dan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup. Dalam konteks negara Indonesia, yang 80 % penduduknya adalah umat Muslim, tanggungjawab, kepedulian dan perhatian terhadap lingkungan hidup tersebut pastilah akan memiliki dampak yang luar biasa besarnya bagi terwujudnya keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.


E. Penutup

Krisis lingkungan hidup bukanlah suatu bentuk krisis yang tidak dapat diatasi oleh manusia. Sejauh manusia tahu dan menyadari bahwa kerusakan lingkungan hidup itu adalah akibat dari tindakan-tindakan mereka sendiri, tidak ada hal mustahil yang tidak dapat mereka tanggung. Yang sekarang menjadi persoalan adalah bahwa kesadaran untuk merawat dan memperhatikan lingkungan hidup belum sejalan dengan kerusakan yang terjadi. Terkesan bahwa masih ada banyak orang yang merasa enggan untuk memulai atau meneruskan opsi mereka terhadap lingkungan hidup. Dalam keadaan seperti itu, peran agama menjadi sangat penting. Pertama-tama karena sebagian besar penduduk bumi adalah orang-orang yang beragama. Kedua, karena melalui agama dapat dilahirkan banyak nilai-nilai positif terhadap alam dan lingkungan hidup yang diharapkan dapat membantu kesadaran banyak orang (paling tidak bagi mereka yang beragama) atas krisis yang sekarang ada. Dengan kata lain, agama dapat menjadi motivator atau agama dapat menjadi media paling strategis guna membangun semangat untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Dengan cara itu pula, agama bisa mengabaikan atau menganggap tidak penting tuduhan yang sering ditujukan kepadanya sebagai “lembaga iman” yang menjadi penyebab dan latarbelakang kerusakan lingkungan hidup.

Agama Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut cukup besar di dunia. Dalam arti terntu Islam dapat menjadi agama yang berperan penting dalam usaha menyelamatkan bumi dari krisis yang dihadapinya. Paling tidak, ada dua cara yang dapat dilakukan Islam sebagai wujud tanggapan atas masalah kerusakan lingkungan hidup. Yang pertama adalah dengan cara menyerukan lebih lantang dimensi teologis tentang alam serta relasinya dengan Allah sebagai sumber iman Islam. Kedua, dengan melakukan pengembangan fikih atas lingkungan hidup yang lebih memadai dan lebih luas. Diharapkan, melalui dua cara tersebut akan ada perubahan yang signifikan bagi penganut Islam yang nantinya juga berarti bagi kebaikan ekologi bumi.

Dieng SJ

Isu Lingkungan dan Ideologi Islam




Misri Gozan
(Dosen Fakultas Teknik UI, Fellow pada LEAD Internasional, 
Advisory Board ISTECS cabang Eropa)


Ke mana akan terus bergulir isu lingkungan hidup? Di sebuah pamflet yang beredar di kota Karlsruhe, di selatan Jerman, terpampang tulisan yang artinya: ''Manusia berakal tak makan makhluk yang bermata''. Sekadar vegetarianisme? Atau sudah menyentuh sumsum ideologi?

Tidak bisa tidak, isu lingkungan hidup sudah menyentuh batas-batas kurva dan bangun ideologi. Isu ini sudah mempertanyakan, benarkah cara hidup saya? Banyak manusia bertanya dengan nada ragu kepada dirinya sendiri, apakah manusia berhak ''membunuh'' hewan tertentu untuk alasan kebutuhan pakaian dan pangan? Suatu pertanyaan yang seolah bernada arogan dan akan ditanggapi sinis bila dilontarkan di belahan dunia lain yang masih berjibaku menahan kematian karena kelaparan.

Tuntutan para pemerhati lingkungan hidup telah beranjak jauh dari sekadar menikmati alam yang nyaman. Kini tibalah manusia pada pertanyaan yang sangat mendasar dari perjalanan isu lingkungan ini. Sampai kapankah bumi ini terus-menerus mencukupi kebutuhan manusia akan bahan-bahan alami? Sampai di manakah sebenarnya kesanggupan tanah, air dan udara dalam memikul beban-beban pencemaran?

Isu pemanasan suhu permukaan bumi, perubahan klima dalam kaitannya dengan gejala-gejala alami yang tidak menyenangkan (datang dan perginya musim yang tak menentu, kegagalan panen, rusaknya ekosistem, kehilangan keanekaragaman hayati, dll). Jelas bencana ala ini tidak sepenuhnya ''man made'', namun faktor anthropogenic demikian besar di dalamnya, sehingga mengharuskan manusia yang arif untuk berpikir dan berupaya keras memperbaiki segala tindak-tanduknya di muka bumi.

Kita bisa saja tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Namun pasti, bahwa penyadaran akan betapa semakin kompleksnya isu lingkungan hidup melibatkan banyak disiplin ilmu, bahkan sekali lagi, menyentuh ruang-ruang pembicaraan ideologi.

Karenanya, penulis yakin bahwa Islam sebagai sebuah ideologi yang bukan ciptaan manusia mampu menjawabnya. Sebagai ideologi yang disampaikan lewat wahyu dan satu-satunya yang diridhai oleh Allah Sang Maha Pencipta (QS 3: 18), tentu memiliki jawaban mendasar dan bahkan dengan kaca matanya sendiri memiliki rancangan unik untuk alam raya ini.

Alam yang Ditundukkan
Lingkungan adalah bagian hidup manusia yang berada di luar ''battery limit''-nya. Tak ayal lagi, semesta pembicaraan isu lingkungan mengharuskan kita, umat Islam, kembali lagi merujuk pada petunjuk hidupnya. Al-Islam. Islam adalah jalan hidup yang sempurna. Alquran yang mulia mengatakan bahwa Allah SWT adalah Pencipta Alam (Al-Khaaliq) yang sekaligus Pemelihara Alam Semesta (Rabbul 'aalamiin) dan yang juga memiliki sifat-sifat Maha Adil dan Bijaksana (Al-Hakiim).

a. Khalifatullah yang berpikir
Banyak penafsiran yang berkembang terutama dengan berpijak pada ayat 30 surat al-Baqarah ini (''Inni jaailun fil ardhi khaliifah''). Penulis tidak bermaksud memperluas khasanah penafsiran ayat tersebut, karena kapabilitas kami masih jauh dari golongan para mufassir (yang ahli menafsirkan). Namun kiranya unsur ''tanggung jawab'' dalam kata ''khalifah'' cukup tersirat. Manusia bertanggung jawab karena dapat berbuat sesuatu dengan bebas pilih (''fa alhaamaha fujuuroha wa taqwaaha''). Manusia diilhami dengan keburukan dan sekaligus juga tabiat ketakwaan.

Manusia juga dibekali dengan kemampuan berpikir yang berulang kali Allah menggugahnya (''afala ta'qiluun, afala tatafakkarun'' dsb). Apa pun pilihannya, kerusakan atau perbaikan, sebagian alam ini ditundukkan untuk manusia (QS 36: 72), bahkan hal-hal yang belum pernah dibayangkan manusia sebelumnya (QS 43: 12-13).

Walaupun demikian, Allah mengingatkan akan tugas kita sebagai pemakmur bumi ini (QS 11: 61) yang menegaskan arti penting kehadiran manusia di bumi beserta ''perlengkapan tugas'' yang sudah disiapkan Allah SWT dalam bentuk ''paket nalar dan nurani''.

b. Adanya ''hukum-hukum'' yang tetap berlaku di alam ini (Sunatullah)
Mahasuci Allah yang telah menciptakan alam ini tidak dengan sia-sia (QS 3: 191). Setiap gerakan awan dan turunnya hujan, lintasan elektron di orbitnya, bintang dan planet di tatarannya, pasti mengikuti pola aturan tertentu. Dengan mempelajari aturan dan pola ini, manusia bisa memperkirakan gerakannya, mengambil faedah darinya, serta menggunakannya untuk menembus langit (QS 55: 33).

Allah SWT bukan hanya menunjukkan bahwa Dia Mahatahu atas segala ciptaan-Nya, namun menegaskan bahwa ada ketentuan-ketentuan ilmu yang pasti (QS 30: 30), dengan demikian mendorong manusia untuk mengoptimalkan fungsi akalnya yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hukum-hukum ''alam'' ini tetap berlaku sepanjang masa pada terpisahnya air tawar dan air asin. Dia Yang Mahalembut menjelaskan adanya kaidah astronomi dalam distribusi benda-benda langit (QS 6: 97 dan 16: 16). Seringkali, beberapa ayat, khususnya tentang geologi (QS 21: 31; 16: 15) dan peredaran waktu serta rotasi bumi (QS 25: 45-46; 22: 61), seolah menantang manusia berpikir akan ''rahasia'' penciptaan alam raya ini.

Permainan matematika serta ilmu fisika, kimia, biologi, dan perpaduan dasar-dasar ilmu tersebut terlihat anggun dan menakjubkan, tak bercacat dan terbentangkan sampai pada setiap unit terkecil ciptaan-Nya. Sudah berbilang para ilmuwan yang menemui pintu hidayahnya setelah jatuh hati pada kedalaman ajaran Islam (baca: wahyu) yang dibawa Muhammad SAW yang ummi (buta huruf) lebih 15 abad yang silam.

Dua bangun logika ini, tanggung jawab sebagai khalifah dan keteraturan alam dengan sunatullahnya, menempatkan manusia pada satu posisi yang teramat penting. Dengan begitu, manusia, sebagai hanya salah satu spesies dari bermiliar-miliar spesies ciptaan (al-makhluq) Allah SWT (al-Khaaliq), terlalu penting untuk dibiarkan semena-mena berjalan dan beraktivitas, dengan segala pengaruh positif dan dampak negatifnya, di permukaan bumi.

Terlalu naif, jika manusia terlunta-lunta merenungi nasibnya sambil membayangkan kesendiriannya di tengah jagad raya yang seolah tak berbatas ini, jika makhluk yang dibebani tanggung jawab besar ini tidak dibekali dengan petunjuk dari langit (hidayah) oleh sang Inovatornya (Allah SWT).

Dua bangun logika di atas juga mengarahkan pemikiran kita, bahwa jika manusia menerapkan hukum yang diajarkan oleh Allah, yaitu ayat-ayat qouliyah (Alquran) dan kauniyah (hukum-hukum alam) dengan benar, manusia pasti akan sampai pada satu keteraturan dan keserasian dengan peredaran alam semesta ini. Harmonisasi.

Sebaliknya, jika perbuatannya mengikuti segala hawa nafsunya belaka, maka kehancuranlah yang terjadi (QS 23: 71): ''Seandainya kebenaran itu mengikuti hawa nafsumu, akan rusak binasalah alam ini''. Kesalahan-kesalahan yang barangkali ''manusiawi'' sekalipun, bisa saja memorak-porandakan tatanan alam (QS 30: 41).

Berulang kali ayat-ayat Alquran mengingatkan manusia untuk berlaku takwa. Sikap yang, menurut ibnu Mas'ud (dalam pengantar tafsir Ibnu Katsir), dianalogikan seperti rasa takut melewati jalan berduri, berhati-hati, penuh perhitungan.

Titah Allah SWT kepada manusia Muslim untuk berbuat secara bertanggung jawab dan harus dengan ''ilmu'' (QS 17: 36) juga dikaitkan dengan dimensi ''masa depannya'' (QS 59: 18). Dimensi masa depan ini sering ditafsirkan dengan hari di mana manusia dimintai segala pertanggung-jawabannya (yaumul akhir, yaumul ba'ts).

Walaupun demikian, Rasulullah SAW sang suri tauladan, dengan sangat arif dan manis memadukan dimensi akhirat dan ''masa depan bumi'' dalam satu nilai ''ketakwaan''. Beliau mengingatkan kita untuk tidak meninggalkan generasi yang ''lemah'' di kemudian hari. Beliau tetap menanam pohon walaupun seandainya kita tahu esok hari akan kiamat (al hadits). Bahkan di dalam kondisi dan situasi kemanusiaan yang paling ''parah'' sekalipun, yaitu peperangan, manusia mukmin diminta dengan tegas untuk tidak menghancurkan pepohonan (simbol ''bumi''), di samping tidak membunuh anak-anak dan wanita (isyarat ''masa depan'') dan rumah ibadah (perlambang kedekatan diri dan jalan menuju Tuhan).

Barangkali, terminologi ''Pembangunan Berkelanjutan'' (PB) atau Sustainable Development yang dikumandangkan oleh Komisi Bruntland pada tahun 1987 menemui relevansinya di dalam ideologi Islam. Direktur Jenderal WHO ini memang banyak memfokuskan diri pada kestabilan populasi. Namun, dalam perkembangannya, ide PB ini mencakup berbagai manajemen sumber daya alam. Beliau menyatakan: ''... a development that meets the need of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.''

Ayat-ayat di atas telah panjang lebar menerangkan keharusan kita bersikap arif dan tidak merusak alam karena semua dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Ide untuk membangun, dalam artian juga memanfaatkan sumber-sumber daya alami, dengan tetap mengompromikan kepentingan masa depan kiranya tidak terlalu sukar dipahami oleh manusia yang beriman.

Ajaran akhlak Islami yang disarikan dari keteladanan Rasulullah SAW tidak memperbolehkan sikap serakah (tasrif, QS 7: 31), sikap menyia-nyiakan (tabdziir, QS 17: 27). Akhlak serta asas keadilan dan juga menempatkan sesuatu pada timbangannya (mizan) dikupas tuntas di dalam beberapa ayat Alquran dan juga hadits Nabi.

Kisah para nabi (terutama nabi Sulaiman dan Yusuf as) selayaknya mengilhami benak para penguasa tentang bagaimana mengelola suatu wilayah. Keberhasilan serta kegagalan mengelola suatu sumber daya alam, akan sangat menentukan dalam perjalanan suatu masyarakat, bahkan dunia.


Isu lingkungan hidup tidak berhenti pada kenyamanan tempat tinggal dan keindahan lingkungan belaka, namun sudah mempertanyakan makna serta hakikat hidup kita di alam semesta. Sebagai din yang lengkap mengatur kehidupan manusia dan muamalah sesama makhluk, maka Islam membingkai isu lingkungan ini dengan dasar ideologis yang kuat. Alam dipandang sebagai tempat yang perlu dimakmurkan dan dipelihara oleh khalifatullah fil ardh, yaitu manusia. Manusia memiliki kebebasan memilih perbuatan baik dan buruk. Tentu dengan konsekuensinya, di dunia maupun di akhirat nanti. Bagi Muslim paripurna, menjaga keberlangsungan sumber daya alam dengan cara yang islami adalah suatu keharusan dan bernilai ibadah.

Kontribusi dari Misri Gozan *)
Senin, 06 Juni 2005

Rabu, 15 April 2009

Kematian; Inspirasi untuk Menikmati Kehidupan


Serem ya Judulnya? Emang siapa yang mau mati? padahal kita akan mengalami hal itu, mungki detik ini, besok , minggu depan, bulan depan, tahun depan dan seterusnya. kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kematian kita? dan bagaimana kita menghentikan hidup ini semuanya misteri ... mungkin kita membayangkan kalau kita mati pasti diatas kasur, kebayang ga kalau kita mati karena tertusuk duri, mungkinkah? tidak ada yang tidak mungkin dengan kematian itu. semuanyanya mungkin.

kenapa kita harus takut dengan kematian? toh mati tidak bisa di ajak kompromi. misalnya kita minta untuk meminta menunda kematian. Imposible... Tapi ada satu hal yang perlu kita perhatikan kematian itu harus kita siapkan, agar kematian kita tidak sia-sia. beruntunglah orang yang mati, ketika mati Meninggal kebahagian pada orang lain. bagaimana dengan yang tidak?.

Nah... mempersiapkan kematian ini ternyata adalah satu cara Untuk menikmati kehidupan kita yang hanya berjalan diatas hidungan detik. Ini hanya sebuah pemikiran bahwa kematian sangat erat dan berkaitan dengan kehidupan. Tanpa kehidupan maka kematian tidak akan pernah ada.Ini sekedar membalik pemikiran kita untuk mencari inspirasi dan motivasi dalam hidup, mencari tujuan hidup. Untuk apa sebenarnya kita hidup?.
Aku tidak tahu dengan pasti, apa yang sedang anda cari dalam hidup ini. Dan apa yang sudah anda dapatkan. Mungkin yang anda cari adalah uang, jabatan, karier atau apa saja. Dan mungkin anda sudah mendapatkannya, mungkin juga belum. Tapi itu adalah tentang materi. Hal-hal yang berwujud fisik. Tulisan ini akan berbicara mengenai sebuah nilai -Nilai Kehidupan- sebuah nilai yang akan kita gali dari berakhirnya kehidupan, yaitu saat datangnya kematian.

Cobalah untuk merenung sebentar, dan pikirkanlah pertanyaan-pertanyaan ini:
Ketika Anda nantinya meninggal:

1. Siapa saja yang akan menghadiri pemakaman anda?
2. Apakah kesan-kesan para pelayat ketika mereka mengenang masa-masa hidup anda?
3. Karena apakah anda meninggal?
4. Umur berapa anda saat anda meninggal?
5. Apa yang anda tinggalkan / wariskan kepada keluarga anda?

Ketika anda bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang jawaban-jawaban pertanyaan tersebut, tuliskan hal ini menjadi sesuatu yang harus anda capai selama anda masih hidup. Ini akan menjadi inspirasi dan motivasi anda dalam menjalani kehidupan. Sekaligus sebagai pedoman anda.

Misalnya, kalau anda tidak mau meninggal karena penyakit jantung, so mulai saat ini anda akan menjaga kesehatan jantung anda. Hindari kegemukan dan makanan-makanan berkolesterol.

Ini bukan bermaksud untuk mendahului kewenangan Tuhan dalam masalah kematian. Hanya mengajak anda untuk memikirkan dan membayangkan kematian. Anda jangan mati dulu. Hanya membalik proses pencarian tujuan hidup. Kadang sulit ketika ditanya, “Apakah yang anda cari dalam hidup ini?”
Mempersiapkan kematian merupakan suatu langkah kecil dalam menjalani kehidupan dengan segala kemampuan yang kita miliki, menggunakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tujuan hidup kita.

Hidup dengan menikmati dan mensyukuri apa yang kita punya. Mempersiapkan kematian berarti kita sedang mencari arti kehidupan sejati.

Cara Berpikir Positif

Kesuksesan bermula dari pikiran. Mereka yang sukses pasti memiliki beberapa pilar cara berpikir sukses. Cara berpikir sukses ini juga diperlukan dalam masa ledakan informasi dan bergulirnya berbagai perubahan dengan cepat. Apa saja ketujuh pilar tersebut? Ingin tahu? Simak yang berikut ini.

Howard Gardner pencetus teori Multiple Intelligences membahas lima cara berpikir dalam bukunya, Five Minds for the Future. Lima cara berpikir ini dilengkapi lagi dengan tambahan dua cara berpikir, sehingga menjadi tujuh cara berpikir sukses berikut.

Cara berpikir Interdisipliner
Menurut Gardner, cara berpikir seperti ini merupakan tuntutan untuk meramu dengan harmonis beberapa disiplin ilmu dan setidaknya satu keterampilan dasar.
Misalnya, seorang guru, bukan hanya harus menguasai ilmu dan keterampilan keguruan, tetapi juga harus memperkaya diri mengenai beberapa ilmu dari disiplin lain, antara lain ilmu psikologi, ilmu antropologi, dan ilmu filosofi. Dengan demikian sang guru menjadi mampu melakukan pekerjaan dengan kualitas unggul. Demikian pula dengan profesi lainnya, dokter, pebisnis, ekonom, dan ahli hukum. Jadi proses belajar jangan berhenti ketika lulus dari bangku pendidikan formal, tetapi harus berlanjut seumur hidup.

Cara berpikir Sintesis
Cara berpikir ini sangat diperlukan dalam era informasi yang berlimpah. Kita harus bisa mensintesa informasi, atau memilah-milah informasi dan memilih serta mengintegrasi informasi dan pengetahuan yang kita perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, mencari solusi terhadap masalah, ataupun memberikan rekomendasi dan menjawab pertanyaan.

Cara berpikir Mencipta
Cara berpikir ini diperlukan untuk menemukan dan memahami hal-hal baru, misalnya ide baru, masalah baru, fenomena baru, ataupun solusi baru. Hal-hal baru inilah yang nantinya menjadi pelopor terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Penemuan terhadap hal-hal baru ini tidak perlu dilakukan dengan menunggu sampai adanya tuntutan untuk mencipta, tetapi lebih jauh lagi—perlu dilakukan secara berkesinambungan, dan terus-menerus, agar tidak menjadi pengikut perubahan tetapi justru sebagai pencipta perubahan.

Cara berpikir Respek
Cara berpikir yang satu ini adalah cara berpikir yang menyadari dan menghargai berbagai perbedaan yang ada di antara umat manusia, baik dalam budaya, kepercayaan, pendapat, dan juga cara berpikir. Dengan menerapkan respek terhadap perbedaan, kita justru membuka mata dan pikiran terhadap berbagai perbedaan tersebut yang bisa memperkaya hidup kita karena kesadaran akan keragaman tersebut. Sebaliknya, cara berpikir respek ini juga membuka mata orang lain untuk menghargai buah pikiran kita.

Cara berpikir Etis
Gardner menjelaskan bahwa cara berpikir etis merupakan pemenuhan tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaannya ataupun peranannya dalam keluarga (sebagai anggota keluarga), masyarakat (sebagai anggota masyarakat), negara (sebagai warga negara), maupun dunia profesional yang ditekuninya (sebagai karyawan ataupun pelaku usaha). Etika yang berhubungan erat dengan tanggung jawab inilah yang penting untuk menambah nilai unggul seseorang hingga bisa dibedakan dari orang kebanyakan.

Cara berpikir Positif
Satu poin yang bisa ditambahkan dari kelima cara berpikir yang dikemukakan oleh Howard adalah cara berpikir positif. Dalam hidup ada berbagai tantangan yang harus dan akan dihadapi. Tantangan kegagalan, kesulitan, penolakan dan berbagai tantangan lainnya. Semua ini harus dihadapi dengan cara berpikir positif. Dengan berpikir positif, kegagalan menjadi pengalaman hidup yang berharga yang bahkan bisa mendorong seseorang menggerakkan cara berpikir mencipta untuk menemukan solusi baru.

Cara berpikir Jangka Panjang
Kesuksesan akan sia-sia jika hanya dapat dinikmati sesaat saja. Untuk itulah seseorang perlu menerapkan cara berpikir jangka panjang, agar keseimbangan dan kebahagiaan yang diraih bisa tetap dinikmati di masa mendatang. Cara berpikir ini terkait erat dengan cara berpikir etis dan respek terhadap hak orang lain, termasuk hak para generasi penerus untuk juga menikmati kenyamanan dan kesuksesan yang telah diraih.
Dunia saat ini terutama di masa depan membuat kita harus menghadapi berbagai tuntutan, perubahan, dan tantangan. Kesemuanya ini akan lebih mudah dihadapi dengan ketujuh cara berpikir yang baru saja dibahas. Bagaimana dengan Anda? Cara berpikir yang mana yang sudah Anda miliki? Mulailah menginvestasikan usaha dan waktu untuk menerapkan cara berpikir yang belum Anda coba. Selamat berpikir dan sukses untuk kita semua.

Sementara dari beberapa literatur yang saya baca ada beberapa tips berikut terbukti cukup membantu. Cobalah untuk menjalankan kegiatan-kegiatan berikut ini sebanyak mungkin dalam hidup kita. Sebagaimana untuk mencapai hal-hal lainnya, untuk menjadi seorang yang berpikiran positif, prosesnya harus dilakukan secara terus-menerus :

1. Pilihlah sebuah kutipan yang bernada positif setiap minggunya dan tulislah kutipan tadi pada selembar kartu berukuran 3 x 5. bawalah kartu tadi setiap hari selama seminggu. Baca dan camkanlah kutipan tadi secara berkala dalam sehari dan jadikan afirmasi, misalnya di meja kerja Anda, di dashboard mobil, atau di cermin kamar mandi. Jadikanlah setiap kutipan tersebut bagian pemikiran Anda selama seminggu itu.

Contoh :
“Seorang pemimpin yang baik adalah yang bisa membesarkan semangat dan harapan-harapan kepada anak buahnya.” (Napoleon Bonaparte). “Hari ini saya ingin menolong orang sebanyak mungkin” (Harry Bullis)

2. Pilihlah seseorang yang dalam hidup Anda yang Anda anggap berpikiran negatif. Cobalah cari hal-hal yang positif dalam diri orang itu dan ubahlah pikiran-pikiran negatif Anda mengenai orang tersebut dengan hal-hal positif tadi. Sebagai orang beragama, tolong doakan pula orang tersebut dengan hal-hal positif tadi dan mohonlah agar Tuhan menolongnya.

3. Pilih satu hari istimewa dalam seminggu dan jadikanlah hari itu sebagai “hari 10″. Bangunlah pada pagi hari dan yakinlah bahwa setiap orang yang akan Anda temui bernilai “10″, dan perlakukanlah mereka secara demikian. Anda pasti akan heran sendiri melihat tanggapan yang akan Anda peroleh dari orang-orang yang selama ini Anda anggap remeh.

4. Tandai suatu hari dalam seminggu sebagai “hari berpikiran positif.” Hapuslah kata-kata “tidak dapat,” “tidak pernah,” atau kata-kata lain yang senada, usahakan agar Anda menemukan cara untuk mengatakan apa yang bisa Anda lakukan.

5. Paling tidak sekali dalam seminggu, carilah suatu kesempatan untuk bisa memberi kepada orang lain dengan tulus. Lakukanlah suatu yang khusus pada suami/istri ataupun anak-anak Anda. Berbuatlah suatu kebaikan pada seseorang yang belum Anda kenal.

Ada beberapa yang juga bagus yang bisa anda praktekkan dalam kehiupan sehari-hari seperti yang ditulis oleh seorang motivator bernama Williams, Aurelia. dalam bukunya Dump the Junk & Think Positively berikut beberapa tulisannya :

1- Selalu gunakan kata-kata yang positif saat Anda berpikir dan berbicara. Gunakan kata-kata seperti "Tuhan pasti memampukanku", "Dengan pertolongan Tuhan, aku pasti bisa melakukannya", dll.

2.Biarkan pikiran Anda dipenuhi dengan kebahagiaan, kekuatan, dan keberhasilan. Apa pun situasi yang Anda hadapi, carilah dan isilah pikiran Anda dengan sisi positif dari situasi tersebut. Dalam segala sesuatu, sisi positif dan negatif selalu ada. Seburuk apa pun situasi yang Anda alami, pasti ada sisi positif yang terkandung dalam situasi itu. Mungkin sulit untuk melihat sisi positif dari apa yang Anda alami, tapi cobalah lihat lebih dalam, sisi positif itu pasti ada.

3.Cobalah untuk menghilangkan dan mengabaikan pikiran yang negatif. Gantikan pikiran yang negatif dengan pikiran-pikiran yang membangun. Ganti pikiran: "saya tidak bisa melakukan hal ini" dengan "saya bisa melakukan hal ini dengan lebih baik setiap saat saya memohon penyertaan Tuhan dan mencoba melakukannya".

4.Sebelum melakukan sesuatu, jangan bayangkan sebuah kegagalan, tapi bayangkanlah keberhasilan yang Anda akan dapat setelah melakukan sesuatu hal tersebut. Jika Anda membayangkannya dengan sungguh-sungguh dan penuh iman, Anda akan terheran-heran dengan apa yang terjadi nantinya.

5.Cobalah untuk tidak memikirkan sesuatu secara berlebihan. Sering kali kita terjebak untuk terlalu banyak berpikir dan menghabiskan banyak waktu untuk menimbang-nimbang atau memikirkan apa yang orang lain mungkin pikirkan tentang diri kita. Hal itu akan membuat Anda tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik Anda.

6.Penuhi pikiran Anda dengan talenta-talenta anugerah Tuhan yang Anda miliki. Jangan biarkan pikiran Anda dipenuhi dengan kelemahan-kelemahan yang mungkin Anda miliki. Dengan memikirkan setiap talenta yang Anda miliki, nantinya Anda akan semakin mengenali kemampuan Anda yang membedakan Anda dari orang lain. Jadikan cara berpikir yang demikian itu sebagai topi Anda. Jangan pakai "topi pikiran negatif".

7.Bergaullah dengan orang-orang yang berpikir positif. Pikiran yang positif itu seperti penyakit menular. Jika Anda berada di dekat orang-orang yang pikirannya dipenuhi kebahagiaan dan keoptimisan, Anda akan secara otomatis dipengaruhi oleh cara berpikir mereka yang positif.

8.Bacalah buku-buku yang membangkitkan inspirasi -- setidaknya satu halaman setiap harinya. Buku-buku inspiratif seperti itu akan membantu Anda untuk dapat berpikir positif.

9.Biasakan untuk selalu duduk dan berjalan dengan punggung tegak. Kebiasaan seperti itu akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kekuatan yang ada dalam diri Anda.

10.Berjalan, berenang, atau berolahragalah. Hal-hal tersebut akan membantu Anda untuk mengembangkan pikiran dan sikap yang lebih positif.

SILAHKAN anda Coba Semoga Bermanfaat ... !!!

Sabtu, 04 April 2009

Erotisme Kampanye Partai Politik

Ini bener-bener pesta demokrasi. kebebasan berekspresi, berkreatifitas seakan tidak berbenturan dengan apapun. katakan etika, moral, dan sikap yang mendidik. semuanya hancur-hancuran demi tercapainya superioritas kekuasaan.

kampanye yang seharusnya menjadi sarana komunikasi yang efektif untuk menyampaikan visi dan misi partai politik kepada konstituen menjadi kabur. Goyangan erotis nan sensual dari para artis pengiring kampanye partai politik maenjadi daya tarik tersendiri bagi orang untuk menghadiri kampanye. Menjadi catatan tersendiri, kenapa? kita bisa melihat motivasi orang-orang yang datang ke acara kampanye partai poolitik bukan mau cerdas lagi "terlepas mereka dikasih uang oleh parpol" tetapi bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan syahwatnya dengan datang ke arena kampanyae.

selain itu kampanye itu harus mendidik dan mencerahkan. okelah, kita sadar mendatangkan artis untuk mempertontonkan goyangan erotisme mereka sebagai cara untuk mendatangkan massa dalam jumlah yang banyak. perlu dicatat massa yang banyak tetapi tidak mendapatkan pencerahan sama saja halnya dengan bohong, toh mereka akan pulang dengan kepala kosong, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan setelah pulang dari kampanye. 

Sudah seharusnya bagi partai politik untuk memikirkan cara yang berbeda, bagaimana caranya mengumpulkan massa yang banyak tanpa mempertontokan erotisme secara vulgar. masih banyak cara lain yang lebih elegance dan bermartabat yang bisa dilakukan oleh partai politik untuk meraih simpati massa.

lebih miris lagi ketika kita melihat tanyangan di televisi banyak kampanye yang menampilkan goyangan erotis ternyata ditonton oleh anak-anak. sadar atau tidak secara tidak langsung kampanye parpol akan menkonstruk mereka untuk menjadi cabul.

Kampanyae adalah media dimana semua nilai ideologis parpol dipasarkan kepada massa konstituen. pemasaran ideolgi yang dilakukan dengan baik dengan sendirinya akan memperkuat dan meyakinkan massa rakyat untuk memilih parpol tertentu tanpa harus diiming-imingi libido.
.